Senin, 21 Januari 2013

Kliwonan di kabupaten Batang, Antara Tradisi dan Mitos

*Tumplek-blek di Alun-alun Batang
 
JUMAT Kliwonan, bagi penganut tradisi Jawa dikenal sebagai hari yang dikeramatkan, sakral, dan kaya nuansa ritual. Tapi Jumat Kliwon yang dalam penanggalan nasional jatuh pada Kamis sore, di Alun-alun Batang justru disulap menjadi pasar tiban alias "supermarket rakyat" yang meriahnya melebihi pasar malam.
Jumat Kliwonan yang digelar 35 hari sekali itu memang sudah mendarah daging bagi warga Batang. Maka yang merakyat dengan istilah kliwonan itulah, yang menjadi agenda wajib yang harus dikunjungi.
Entah sejak kapan agenda itu digelar, dan apa daya tariknya hingga masyarakat begitu fanatik dan rela berdesak-desakan, tumplek-blek di Alun-alun Batang.
Yang jelas, kliwonan kini menjadi sarana hiburan yang merakyat. Apalagi setelah menjadi hari libur resmi bagi kaum pekerja swasta di Kota Batang dan Pekalongan. Selain itu, para buruh mingguan juga rata-rata menerima gaji pada Kamis sore alias malam Jumat Kliwon.
Beratus-ratus pedagang pun mengais rezeki di hari itu. Uniknya, mayoritas pedagang justru berasal dari luar Batang, seperti Bandung, Cirebon, Tegal, Pemalang, Kudus, dan Salatiga.
Bahkan, ada yang mengaku berasal dari Lamongan dan Bojonegoro, Jawa Timur, yang sengaja untuk berdagang di lokasi kliwonan. Terlebih kliwonan dipercaya sebagai mitos untuk penglarisan. Apabila pernah berjualan di kliwonan, insya Allah dagangannya akan semakin laris setelah kembali ke tempat asalnya.


*Makam pun rame
Selain tradisi kliwonan,msh ada tradisi yg lainnya pada hari kamis wagenya. Ya..pada hr kamis wge itu makam terlihat rame seperti dialun2. Banyak anak2 yg mangais rejeki disana antara lain dgn cara membersihkan makam2 dengan harapan kalau ada keluarganya yyg datang dia akan mendapatkan imbalan.
Demikian jg dengan saya yg nyekar ke makam ayah saya. Begitu memasuki area pemakaman, langsung saja anak2 kecil itu membuntuti saya dr belakang. Mereka lgsg menuju kepemakaman yg saya tuju dan dibersihkannya makam ayah saya. Mereka biasanya menunggu sampai kami selesai berdoa buat ayah saya. Setelah selesai mereka para anak kecil mesti meminta sawur (imbalan seiklasnya). Biasanya saya blang begini " Nang,dibagi ama temen2nya uangnya".
Ya..itulah tradisi didaerah batang,setelah dr makam biasanya org2 melanjutkan ke alon2..kliwonan. Bagi yg penasaran...silahkan dicoba...
referensi:
- http://warnawarnihati.blogspot.com/2007/09/kliwonan-yuuukkk.html

Senin, 17 September 2012

Kesendirian

Sebutir air ikut mengucur dari sebuah slang air di tangan seorang tukang kebun. Ia merasa dirinya seperti kekuatan raksasa yang mampu mematahkan ranting ringkih dan dedaunan kering di kebun yang gersang, karena musim kemarau yang sangat panjang.

Tetapi, setelah slang itu terserak kembali sendiri dan menempel di sehelai daun mawar yang masih menghijau. Sebutir air itu menjadi oase kecil yang amat cantik di mata seorang pelukis yang sedang memindahkan keindahan mawar itu ke atas kanvasnya yang dipesan oleh istana untuk dihadiahkan kepada tamu negara. Dan butir air itu pun terpindahkan gambarnya menjadi puncak pesona di dalam sebuah lukisan yang membuat semua orang takjub kepada kemolekannya.

Sampai akhirnya, tetesan air itu merasa dirinya melayang-layang oleh bahagia. Karena meskipun hanya setetes dan tidak lagi terkumpul sebagai sebuah kekuatan ia masih bisa memberikan arti. Lalu, butir air itu berpikir bahwa seandainya ia tidak terpercik sendirian ke atas dedaunan, tetapi tetap berkumpul dalam sebuah kungangan air, ia mungkin hanya menjadi tempat tetas nyamuk berdarah.